Apr 16, 2016

Serunya Main Steller




Sekitar seminggu belakangan ini saya cukup disibukkan dengan mainan baru, Steller. Bukan stellar pakai a, tapi Steller. Bukan pula Steller77.

Steller ini aplikasi untuk bercerita dengan gambar (foto ataupun video) dan tulisan. Saya curiga dari fungsinya itulah muncul nama Steller. Mungkin awalnya begini: storytelling --> storyteller --> steller. Mungkin, loh ya...

App ini sudah ada di Amerika sejak 2014, tapi baru di bulan April 2016 ini bisa diakses dari akun App Store dan Google Play Indonesia. Beberapa orang di Indonesia sudah punya Steller sejak sebelumnya karena mereka punya akun Apple US, seperti teman saya Motulz. Ternyata dia dan beberapa orang lainnya diajak oleh Dita, pasangan dynamic duo-nya Pinot , yang sedang merantau di New York, untuk menggunakan app ini. Ditut pula yang telah mengusahakan pada Steller agar app-nya bisa diluncurkan di Indonesia. Gabungan antara para pemulanya ini orang-orang yang cukup berpengaruh di dunia medsos Indonesia dan bahwa orang Indonesia senang bercerita dengan tulisan-tulisan pendek, maka Steller cepat sekali menyebar di kalangan pengguna medsos Indonesia. Dalam empat hari saja sudah 1.000 story di-upload dari akun Steller Indonesia!


Saya pun cukup keranjingan bikin cerita di situ. Seolah-olah ada 48 jam dalam sehari, saya bikin DUA akun Steller sekaligus, yaitu ViraTankadan Indohoy (ayo follow). Akun saya pribadi sejauh ini lebih banyak diisi cerita dengan sketsa-sketsa saya, sedangkan akun Indohoy berisi tentang destinasi-destinasi di Indonesia. Pegang dua akun memang lumayan repot dan menyita waktu walaupun sesekali Mumun ikut membantu.  Tapi saya senang mengerjakannya.




Bikin cerita di Steller gampang-gampang susah. Tergantung kita biasa bercerita panjang atau pendek, biasa mengkombinasikan antara gambar dan tulisan atau tidak.

Kalau mau cuma pasang foto-foto tanpa cerita di Steller, bisa saja. Tapi kan sudah ada Instagram. Lagipula kalau foto kita nggak spektakuler, sepertinya perlu dirangkai dengan cerita supaya lebih menarik. Nah, memikirkan ceritanya saja kadang cukup memakan waktu. Belum lagi memilih foto-foto dan urutannya yang pas.  

Untuk layout, Steller menyediakan beberapa opsi template untuk setiap cerita (“story”). Walaupun tinggal memilih, kadang makan waktu juga. Coba satu layout, ganti yang lain, ganti lagi, belum lagi tata letak tulisannya dan menggeser framing fotonya. Kalau dari awal sudah jelas mau bikin bagaimana, bakal lebih cepat mengerjakannya. Buat saya, setelah bikin lebih dari 10 story, opsi template ini mulai terasa kurang, apalagi pilihan fontnya. Semoga Steller segera menambah template-nya.



Seperti halnya media sosial lain, Steller juga bisa digunakan untuk berkampanye atau mempromosikan sesuatu, yaitu dengan adanya sistem ‘follow’, ‘feature’, dan ‘hashtag’. Saya kira Steller nantinya bisa dijadikan sebagai alat presentasi, profil diri/komunitas sebagai intro pada calon klien, dan lain-lain yang saya belum terpikir.

Di akhir tiap story Steller, saya selalu mencantumkan akun Instagram. Sejak itu, tab notifikasi Instagram saya lebih sibuk daripada biasanya. Berarti Steller juga bisa untuk mempromosikan akun sosmed lain. Apalagi akun yang isinya senada seirama - Instagram saya juga isinya sketsa-sketsa. Pasti sebentar lagi akan ada akun online shopping di Steller! Eh, jangan-jangan, memang sudah ada?




Satu hal lagi yang membuat saya makin semangat menggunakan Steller, yaitu ketika akun dan beberapa story Steller Indohoy di-feature ke kategori Places, Action & Outdoors, dan Conservation Story. Jordan Foy, pihak Steller, juga ikut me-republish (semacam repost untuk Instagram dan retweet untuk Twitter) beberapa story dari Indohoy dan dari akun saya pribadi. Dampaknya, followers dan loves makin bertambah banyak dari sesama pengguna di Indonesia maupun di negara lain.

Akan bagaimana nasib Steller seterusnya? Saya pun nggak tahu. Banyak yang menduga Steller akan makin berkembang di Indonesia. Tapi mungkin saja ada yang sudah mulai bosan, seperti yang dirasakan Diyan, karena kebanyakan konten dan tampilan yang mirip satu sama lain. Mungkin pengguna Steller memang perlu lebih kreatif, sama halnya dalam media sosial lainnya.



Hei, ngomong-ngomong, kamu sudah bikin akun di Steller? Kalau sudah, biasanya apa aja sih yang kamu ceritakan di Steller? Boleh dong kasih tahu nama akun kamu di Komen di bawah ini, siapa tahu kita bisa saling follow.

Selamat bercerita!


8 comments:

  1. Ada yang baru lagi ya mbak... aku belajar dulu lah.. haha biar kekinian

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, seru.. selalu ada aja yang baru, ya.. haha..
      selamat mengeksplorasi!

      Delete
  2. duh, kalo saya main steller makin ga ke update blog saya, kadang banyak aplikasi suka bikin bingung sendiri. hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe...iya, memang perlu pilih-pilih mana yang paling kita suka dan cocok dengan kebutuhan..

      Delete
  3. Aku blm punya dan blm 0engen download.pusing awak kebanyakan socmed

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi..iya kak.. makin menggila nih dunia sosmed..
      nanti lama2 juga tersaring mana yang berguna dan cocok buat kita.

      Delete
  4. Baru sehari bikin. Jadi masih amatir bikin ceritanya.79R nama akun Steller saya. Aplikasi nya lumayan bagus tapi lemot bgt untuk liat2 gambarnya.

    ReplyDelete
  5. Baru sehari bikin. Jadi masih amatir bikin ceritanya.79R nama akun Steller saya. Aplikasi nya lumayan bagus tapi lemot bgt untuk liat2 gambarnya.

    ReplyDelete