Feb 4, 2017

Sore Hari di Bread & Coffee Corner



At ze Café Rendezvous, I was lonely, so were you Your eyes said dance, I wanted to When we danced I 'eard you mispronounce J'ai vous adore Alunan musik jazz oldies sayup-sayup terdengar. Cahaya sore hari itu mulai menguning, menerangi ruangan kafe dari dinding kaca. Selain saya, cuma ada sekitar tiga orang pengunjung lainnya. Yang dua mengobrol santai, yang satu menyantap makanan sambil mengecek ponselnya sesekali. Saya, menggambar di buku sketsa sambil sesekali menyeruput teh hangat dari cangkir besar. 

Sepotong biskuit renyah berbentuk naga selalu disajikan bersama teh hangat. Hampir setiap saya ke Bread & Coffee Corner, saya memesan teh hangat dari macam-macam pilihan jenis tehnya. Bread & Coffee Corner adalah kafe kecil yang merupakan bagian dari Tugu Kunstkring Paleis di Menteng, Jakarta.
Menu yang bisa dipesan sama saja dengan menu restoran utama mereka, tapi untuk waktu bersantai saya lebih suka duduk di kafe ini. Hanya terdapat lima set meja kecil beserta kursi-kursinya yang bermodel klasik, sehingga suasana di kafe ini jarang sekali berisik. Di kafe inilah kadang-kadang saya menghabiskan sore hingga malam hari, sendirian ataupun bersama teman. Bagi teman yang belum pernah ke sini sebelumnya, biasanya mereka lantas mengagumi juga tempat ini, apalagi ketika saya ajak melihat-lihat bagian dalam restoran yang sangat antik. 


Tugu Kunstkring Paleis, termasuk Bread & Coffee Corner, baru beroperasi sejak awal tahun 2014. Namun gedung yang mereka tempati sebenarnya sudah lama ada, yaitu 104 tahun yang lalu. Gedung ini telah berganti-ganti fungsi, dan kini kembali ke asalnya: sebagai restoran merangkap galeri seni. Wajar saja bahwa apapun sajian mereka dan bagaimanapun mereka menyajikannya memperlihatkan selera yang berseni. Gambar sudah selesai, buku sketsa saya tutup. Tak lupa saya memotret gambar tersebut untuk diunggah ke Instagram nanti. Lalu seorang pramusaji berpakaian hitam bermodel beskap mengantarkan roti pesanan saya. Roti Bluder, asli Blitar, yang menjadi salah satu primadona menu di kafe ini. Roti empuk dan besar yang baru saja dihangatkan ini sudah terbelah empat di atas piring. Saya pun melahapnya perlahan-lahan, menikmati tiap kunyahan seraya menyaksikan langit oranye berangsur-angsur menjadi biru gelap. We would surely meet again, I know where, when Tonight I'll be waiting zere for you at ze Café Rendezvous*
*Lirik lagu: "At The Cafe Rendezvous" - Doris Day


Note: Satu lagi tulisan untuk 28 Days Blogging Challenge. Tema kali ini: Sudut Kota yang Tak Banyak Diketahui Orang. Hore, nggak telat posting-nya!

4 comments:

  1. Tak sabar segera ingin ikutan nongkrong di Tugu Kunstring!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk, tentukan tanggalnya di suatu weekend bulan Maret :D

      Delete
  2. Ada pertanyaan, harga gimana harga kak?
    Emak-emak suka perhitungan kalo nongkrong

    ReplyDelete
    Replies
    1. ehem.. harga emang lumayan, kak.. makanya ke situ aku pun gak sering-sering.. Kalo teh + roti bluder aja masih di bawah 80rb kayaknya, tapi aku lupa pastinya berapa :)

      Delete