Feb 21, 2017

Red Dot Design Museum untuk Pencinta Desain

Singapura selalu menarik dengan museum-museumnya. Bukan cuma dibuat dengan baik, tema museumnya pun beragam. Dari yang standar seperti tema sejarah dan budaya, hingga tema yang lebih ‘pop’ seperti museum mainan. Dalam trip akhir pekan kemarin, saya berkunjung ke Red Dot Design Museum. Dari namanya, bisa tebak ini museum apa?



Red Dot Design Museum memajang berbagai desain produk, desain komunikasi, dan desain konsep dari seluruh dunia. Banyak dari desain ini telah memenangkan Red Dot Award dari berbagai kategori, pemberian dari sebuah lembaga desain internasional yang berbasis di Jerman. Beberapa desain yang dipajang di sana antara lain poster bertema lingkungan hidup, alat pemanggang sekaligus nakas dan perapian lengkap dengan cerobongnya, mikrofon tahan air untuk bernyanyi sambil mandi, dan alarm anti maling berupa alat seperti boneka anjing kecil dengan sensor yang membuatnya menyalak kalau ada gerakan di dekatnya.

Satu lagi contoh desain di museum ini yang membuat saya terperangah: produk-produk Tupperware. Produk obsesi ibu-ibu yang sering bikin mereka ngomel kalau anak atau suaminya lupa bawa pulang kotak makannya ini, ternyata sering memenangkan Red Dot Award!
Masuk akal. Ibu-ibu mencintai sekali Tupperware karena memang fungsinya yang praktis, dan fungsi seperti itu nggak luput dari pemikiran konsep desain yang cermat dan canggih. Plus warna-warninya pun menggoda.

Benar apa yang dosen saya dulu bilang, bahwa desain nggak lepas dari sains dan teknologi. Sebaliknya, agar sains dan teknologi lebih terpakai oleh manusia, diperlukan konsep desain yang baik.

Berbagai desain inovatif di dalam museum.

Mau barbecue? Pakai yang kiri. Hasil panggangan bisa dihidangkan di meja kanan. Mau menghangatkan ruangan? Telungkupkan yang kanan (tanpa permukaan kayu) ke yang kiri, jadilah perapian dengan cerobong asap.
Tupperware, kotak bekal kesayangan kita semua.
Taking singing in the shower to the next level.
Di bagian desain untuk keamanan, ada video display yang memeragakan fungsi anjing alam.
Poster-poster yang keterangannya seharusnya bisa dipasang lebih baik agar lebih muda dibaca. 


Ruang pameran Red Dot Design Museum sarat akan hal-hal inovatif dan estetis. Gedungnya pun nggak kalah atraktif, dengan gaya arsitektur kolonial Inggris yang dibangun di tahun 1928 dan dicat merah. Hampir nggak mungkin deh nggak berfoto di situ, apalagi kalau kamu penyuka warna cerah!

Pintu masuknya punya konsep cerdas. Bukan bentuknya yang gimana-gimana, tapi pintu masuknya itu berada di dalam Design Museum Shop alias gift shop. Jadi, untuk kamu yang mau masuk ke museum, otomatis melihat-lihat dulu produk-produk yang dipajang di toko. Kemungkinan besar kamu akan belanja karena produk-produknya bukan suvenir biasa! Semuanya punya desain bagus, sebagian sudah bermerek terkenal seperti tas Freitag dari Swiss.

Di toko ini ada pula dompet tanpa jahitan yang hanya mengandalkan sistem kait, ada buku catatan dengan selipan kamus Singlish, ada kaos yang bagian depannya bisa ditulis dengan kapur sesuai kemauan kita dan akan hilang tulisannya saat dicuci (jadi tiap pakai kaos itu tulisannya bisa beda-beda), dan ada payung asimetris yang didesain untuk bertahan dari terpaan angin super kencang (dibuktikan dengan percobaan ilmiah di video yang ditampilkan di sebuah tablet; display-nya saja sudah canggih!).

Apakah saya belanja di toko ini? Tentu tidak, karena harga produknya relatif mahal buat saya, tiket pesawat pun nggak disertai bagasi. Tapi sungguh, saya bahagia sekali melihat produk-produk yang didesain dan ditata dengan baik. Saya melihat ada hati di balik pembuatannya.


Oh Rains backpack, how I love you so!

Menggoda, tapi harga-harga Freitag dan Rains JAUH lebih mahal di sini daripada di website resminya.

Cantik dan berwibawa, ya!


Info lain seputar Red Dot Design Museum:

-       HTM S$8/orang, S$4/pelajar, anak kecil, dan manula.
-       Buka tiap hari, jam 11.00-20.00 kecuali ada acara tertentu.
-       Alamat: 28 Maxwell Road, Red Dot Traffic Building.
-       MRT terdekat Tanjong Pagar, keluar di Exit B.

-       Download app Design District untuk panduan di sekitar museum (saya sudah download dan bisa buka app-nya pas di Jakarta, tapi pas di museum malah error).
-       Berada di area Tanjong Pagar yang memiliki banyak gedung heritage yang ditempati kafe, restoran, dan toko-toko posh.
-       Tiap Jumat pertama tiap bulan mereka mengadakan MAAD (Market of Artists And Designers), gratis, tapi saya belum tahu di mana lokasi persisnya.

Keluar dari museum, jalan-jalan di Tanjong Pagar.


 * Masih mengejar ketinggalan 28 Days Blogging Challenge. Tema hari ke-20 adalah destinasi.

6 comments:

  1. bagus museumnya.. semoga bisa kesana akhir maret. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. semogaaa! eh cek-cek dulu websitenya ya, kadang ada pengumuman tanggal2 tertentu mereka tutup untuk acara khusus

      Delete
  2. Ke tempat macam begini bawaannya pengen menyentuh barang-barangnya. Tapi takut kenapa-kenapa. Dan, tas yang kamu pegang itu cakep beneur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa, tas itu cakep bangeettt!
      eh produk2 yang di-display di museum ini boleh kok dipegang2, ada yang emang mesti kita pencet2 biar tahu cara kerjanya gimana

      Delete
  3. Ah, gemes amat itu kaos yang bisa digambarin pakai kapur. Bisa punya kaos yang beda=beda gambarnya tiap hari :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya benaaarr, dan bisa sekalian curhat :))

      Delete