Jul 1, 2017

Berawal dari Catacomb, Berakhir di Sarakiniko


Pulau Milos merupakan pilihan Diyan dalam rangkaian perjalanan kami di Yunani. Alasan ia memilih Milos adalah karena adanya Catacomb, yaitu kompleks kuburan di dalam gua buatan manusia, yang sudah berumur 15 abad lebih. Dalam 3 hari 2 malam di Milos, hanya sekitar 1 jam kami habiskan di Catacomb. Sisanya, selain bermain di Plaka, kami lebih banyak mengunjungi tempat-tempat yang berada di pinggir laut: pantai Sarakiniko, desa nelayan Pollonia dan Klima, serta kota pelabuhan Adamantas.




ADAMANTAS / ADAMAS

Pintu besar Zante Ferry perlahan turun. Saya dan Diyan berada di antara para penumpang, tak sabar untuk menjejakkan kaki di pulau Milos, pulau kedua yang kami datangi di Kepulauan Kyklades. Langit biru elektrik dan jajaran bangunan putih-biru menyambut, dan kami segera menemui John dan Andreas, host Airbnb yang telah menunggu dengan mobil mereka di pelabuhan.

Kota pelabuhan ini bernama Adamantas, atau sering juga disebut Adamas, terletak di teluk bagian tengah pulau Milos. Saat itu penghujung musim semi, belum banyak turis yang datang. Suasana Adamantas cenderung sepi dan kalem untuk standar sebuah pelabuhan yang biasanya saya tahu. Jauh lebih sepi dibandingkan pelabuhan di Fira, Santorini, yang merupakan bintang pariwisata Yunani.

Selama di Milos, dua kali kami bersantap sore di Adamantas. Dua-duanya di meja luar dan menghadap ke laut, tapi di dua taverna yang berbeda. Makanan yang kami coba acak saja, dari kentang sampai kerang yang segar. Ouzo, minuman keras khas Yunani, juga kami coba. Warnanya bening seperti air putih, sampai kami memesannya dua kali
karena mengira si bapak taverna memberi kami air putih, bukan ouzo. Rasanya mirip mint tanpa pemanis sama sekali. Saya, sih, lebih suka minum air putih betulan.

Kami tinggalkan motor di parkiran dekat pelabuhan, lalu kami menyusuri jalan-jalan kota Adamantas. Jalan sepi dari orang, hanya banyak mobil parkir dan kucing gemuk berkeliaran. Walaupun tampaknya sepi turis, toko-toko suvenir tetap buka, dan banyak rumah dengan tanda bertulisan “Rooms to Let”. Kami berasumsi maksudnya adalah ‘tersedia kamar untuk disewakan’.

Kucing-kucing menggemaskan, seafood segar, dan tempat duduk menghadap ke laut dalam cuaca sejuk; sudah cukup alasan bagi saya untuk menyukai Milos. Walau begitu, pulau ini masih menawarkan banyak hal menarik lainnya.

Sebuah pojok di Adamantas.
Kerang dan lemon untuk sore hari yang sejuk.

Adamantas port. 



KLIMA

Karena tidak punya tujuan tertentu, saya sempat lupa berikutnya kami mau ke mana lagi.
“Kita ke Klima. Rumah-rumahnya warna-warni, kamu pasti suka,” ungkap Diyan sambil mencari jalan. Tidak berbekal GPS, kami hanya mengandalkan screenshot Google Map dan bertanya pada penduduk yang jarang kelihatan di jalan. Setelah nyasar berkali-kali, akhirnya sampai juga kami di desa tepi laut ini.

Benar kata Diyan, saya senang sekali melihat deretan rumah di Klima dengan kusen berwarna-warni, yang kebanyakan bertingkat dua dan memiliki balkon. Kekontrasan warna dindingnya yang putih dengan laut biru di hadapannya menambah segar saja di mata. Tak heran jika Klima disebut sebagai ‘Litte Venice of Milos’.

Namun ada yang membuat saya sedih di Klima. Sejak baru memasuki desa, saya melihat kucing-kucing berkeliaran. Berbeda dengan di Adamantas, kucing-kucing di sini sebagian besar kurus, bulunya kotor, dan matanya belekan. Entah kenapa kondisi mereka begitu. Yang jelas, desa ini sepi sekali. Cuma para pekerja konstruksi yang kami lihat, dan semua taverna tutup. Apakah tak ada yang makanan tersedia di sana bagi para kucing? Atau air laut yang kurang cocok, mungkin? 

Satu-satunya interaksi kami dengan manusia di Klima adalah saat saya menumpang buang air kecil di rumah seorang kakek pembuat kapal. Itupun proses yang cukup sulit karena Diyan harus mencarikan pintu rumah yang terbuka di antara hampir semua yang tertutup, dan sang kakek pun tidak bisa berbahasa Inggris. Tapi begitu mengerti maksud dan tujuan kami, ia mempersilakan saya menggunakan toiletnya dengan ramah. 

Mencari kehangatan atau justru menghindar dari silau matahari?

Walaupun kotor, tetap menggemaskan.

Warna-warni Klima.



POLLONIA

Kami mendapatkan rekomendasi tentang Pollonia dari Katerina, ibu host Airbnb, ketika menanyakan di mana seafood yang enak. Di sana kami mampir ke Ammos, sebuah taverna cantik pinggir pantai yang kami pilih secara acak.

Karena belum lapar benar setelah makan siang sekitar tiga jam sebelumnya di Archountoula, saya hanya memesan seporsi gurita bakar. Memang sejak dari Santorini saya sudah penasaran dengan menu gurita, tapi menimbang-nimbang terus karena harganya yang lumyan. Kalau tak salah, 9-12 Euro per porsi.

Yang dihidangkan hanya sebagian kecil dari tentakel, bukan seekor gurita penuh; syukurlah, karena sepertinya geli juga kalau lihat sebentuk gurita penuh di piring. Tekstur tentakel gurita bakar ini kenyal, dagingnya tebal, dan cukup empuk. Seperti kebanyakan makanan Yunani yang saya coba, yang ini pun tidak kuat rasanya, minim bumbu. Hanya minyak zaitun dan cacahan rosemary yang saya ingat, itupun ingat karena menyontek dari foto di bawah ini.

Waktu itu tak ada tamu di Ammos selain kami. Awalnya kami ragu apa taverna ini buka karena di sekitarnya banyak yang kursi yang masih disandarkan ke meja, payung meja juga masih kuncup. Di jalan juga kami tak melihat satu batang hidung pun, walaupun mobil-mobil berseliweran. Di pantai hanya ada kapal-kapal nelayan mengambang, tapi tak seorangpun kami lihat di pasirnya yang cokelat itu. Entahlah, mungkin saja ini karena belum musim ramai, atau bisa jadi Pollonia baru akan ramai di malam hari. Yang jelas, ketika masuk ke Ammos, stafnya menyambut dengan ramah, kamipun tak lama menunggu makanan dihidangkan. Walaupun sepi tamu, mereka tetap cekatan.



Mencicipi tentakel gurita sambil mencatat detail perjalanan.

Mana Pollonia yang ramai?

Menahan dingin sampai sedih begitu.



CATACOMB / GREEK CAVE

Akhirnya, Catacomb. Situs kuburan dalam gua di desa Trypiti ini yang menarik kami untuk datang ke Milos. Catacomb diperkirakan dibangun oleh kaum Nasrani antara abad ke-1 hingga abad ke-5, pada awalnya sebagai kuburan, lalu sebagai tempat beribadah dan pengungsian ketika bangsa Romawi menjajah. Catacomb ini, yang juga dikenal sebagai Greek Cave, baru digali pada tahun 1844 oleh tim arkeologi, kira-kira 3 tahun setelah ditemukan kembali.

Diperkirakan, dulunya ribuan umat Nasrani dikuburkan di dalam 291 bilik yang menyerupai lengkungan jendela ini. Tiap lengkungan makam berisi 5-7 jenazah. Berbagai harta karun pun tersimpan di sini, tapi sudah dijarah sebelum para arkeolog menemukannya. Penggalian belum selesai, dan bagian yang boleh dimasuki pengunjung hanya sebagian kecil saja.

Tinggal sedikit sekali tulisan pada nisan yang masih terbaca, itupun kalau bahasanya bisa dimengerti. Maka, kami mengharapkan pemandu wisata dapat menjelaskan banyak hal. Mengingat sejarah peradaban Yunani sudah panjang sekali, pastilah seru ‘didongengkan’ seperti halnya waktu kami ke situs Akrotiri di Santorini.

Sayang sekali, kami mendapatkan hal sebaliknya. Pemandu kami waktu itu hanya menjelaskan hal-hal yang sudah banyak ditulis di berbagai website, dan saat kami bertanya macam-macam ia lebih sering menjawab, “I’m not sure,” atau “I don’t know,” dengan sikap yang jauh dari antusias. Mungkin panduan yang kurang memuaskan ini, ditambah situsnya yang kecil saja, ada hubungannya dengan harga tiket yang cuma 3 euro per orang sudah termasuk jasa pemandu. Oh, ditambah lagi, tidak adanya fasilitas toilet di sana. Di cuaca berangin kala itu, saya yang sering buang air kecil ini terpaksa menjadikan padang ilalang sebagai kamar kecil pribadi. Uh!

Berjalan naik menuju Catacomb.

Di kanan bawah, pintu masuk ke Catacomb.

Bagian Catacomb yang boleh dimasuki pengunjung.



SARAKINIKO

Di Pulau Milos ini rasanya pertama kalinya saya main ke pantai memakai jaket, celana panjang, dan sepatu tertutup, tambah penghangat leher. Tapi walaupun di luar kebiasaan, rasanya tidak aneh sama sekali, malah nyaman, saking kencangnya angin saat itu, menambah dingin udara. Yang saya sayangkan adalah, karena kedinginan, saya dan Diyan jadi tidak bisa berlama-lama di Pantai Sarakiniko yang unik dan cantik ini.

Sarakiniko memiliki kontur yang sekilas seperti planet luar di film-film sains fiksi. Warnanya krem, teksturnya seperti batu pasir, permukaannya naik turun dan potongannya seperti lapisan kue yang sudah diacak-acak dengan tangan. Garis pantainya meliuk-liuk membentuk teluk-teluk kecil yang tenang, hingga benturan ombak dengan pantai yang menciptakan waterblow. Dari beberapa website pariwisata Yunani, saya menemukan bahwa pantai Sarakiniko ini terbentuk dari letusan volkanik yang kemudian dihantam angin dan ombak.


Waterblow menjelang matahari terbenam.

Mau ke pantai atau ke gunung? Kok, pakaian lengkap amat?
Pemandangan yang bikin sulit berkata-kata.



Kalau melihat dari berbagai website dan blog yang membahas tentang Pulau Milos, masih banyak pantai dan situs menarik lainnya. Namun karena kami turis yang kurang ambisius, ditambah hujan yang sempat turun saat kami di sana, maka hanya beberapa tempat ini plus Plaka dan Castro yang kami datangi. Sisanya, bersantai di kamar dan teras Airbnb yang berdiri di tengah lahan kosong luas, menghadap ke laut di kejauhan. Namun begitu, kalau ada kesempatan ke Milos lagi, tentu saya tak akan menolak, dan ingin mencoba pengalaman lainnya di sana.



More photos from Milos: 

Di dekat situs Venus de Milo, yaitu tempat ditemukannya patung Venus alias Aphrodite, dekat dari Catacomb.

Amfiteater dalam renovasi, juga dekat dari Catacomb.

Bang ojek saya selama di Milos.

Pantai di Pollonia. 

Salah satu sisi Pollonia.

Krem beradu dengan biru, syahdu sekali.

Sarakiniko yang puitis.

Ada banyak gua dan lorong kecil di Sarakiniko.


Deretan rumah imut tapi sepi penghuni di Klima.

Air di Klima tetap dingin walaupun matahari terik.

Ketemu laut di mana-mana, Milos bikin kami senang!

Parkir di pinggir jalan beginipun aman.

:D

Sebagian dari Catacomb yang hanya boleh dilihat dari lorong utama.

Sore cerah di Adamantas.

Putih dan biru mendominasi pulau-pulau di Kyklades.

Nyam!

Bekal untuk ngemil di penginapan.

Toko suvenir Marianna.

Suasana Adamantas di depan pelabuhan.

Parkiran yacht. Mungkin penyewa baru akan ramai di musim panas.





5 comments:

  1. wuih, itu hampir 10 euro cuma dapat dua tentakel? mihil yes.
    wah jadi situs tempat penemuan patung venus itu padang rumput begitu? wah gue udah lihat patungnya di Louvre, berarti mesti ke tempat asalnya juga. #ngarep

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, heran juga, banyak kampung nelayan tapi seafood mahal di sana..
      Kami nggak sampe ke lokasi Venus de Milos, soalnya tiba-tiba males jalan, jadi cuma sampe ilalang itu aja.. hahaha.. nggak jauh lagi padahal. Kalo gak salah patungnya itu dihadiahi/dijual ke raja Prancis ya, makanya jadi ada di Louvre..

      Delete
  2. Mba waktu ke sana di bulan berapa ya? Kok kayanya udah dingin banget?
    Aku mau ke mykonos dari santorini di awal oktober nanti. Ada kapal ga yah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waktu itu bulan Mei. Soal dingin sih relatif, saya kebetulan emang gak begitu tahan dingin. Nggak ingat waktu itu berapa derajat temperaturnya, tapi di Pulau Milos memang anginnya lebih kencang dibanding Mykonos dan Santorini.
      Kalau bulan Oktober, saya gak tau akan sedingin apa, dan ada kapal atau nggak. Mbak bisa cek secara online aja mungkin ya.
      Di tulisan saya yang ini ada beberapa alamat website tempat saya beli tiket feri (di bagian bawah artikel), mungkin bisa tanya ke mereka --> https://sapijalanjalan.blogspot.co.id/2015/08/greece-budget-kisaran-biaya-jalan-jalan.html

      Delete
  3. warna biru lautnya benar-benar sangat indah..

    ReplyDelete