Mar 28, 2020

Highlight di Copenhagen: 8 House dan Arsitektur Lainnya di Ørestad



COPENHAGEN sudah menjadi destinasi bucket list saya sejak satu dekade yang lalu. Waktu itu saya tertarik dengan tulisan teman saya, Jaka Setia, di majalah Panorama, bahwa penduduk Copenhagen ke mana-mana naik sepeda. Lalu di tahun 2017 saya menonton serial dokumenter “Abstract” di Netflix, yang salah satu episodenya bercerita tentang Bjarke Ingels. Ia seorang arsitek dengan karya-karya kontemporer yang selalu memperhitungkan faktor lingkungan. ‘That’s it. Saya harus ke Copenhagen,’ tekad saya makin bulat. Maka ketika tiba kesempatan jalan-jalan ke Eropa dengan Diyan di tahun lalu, saya mengusulkan dengan sedikit memaksa untuk memasukkan Copenhagen ke dalam rencana kami. Usul diterima. Saya langsung browsing sana-sini tentang apa saja yang ingin saya lakukan di Copenhagen selama lima hari.

Yang sudah pasti masuk itinerary adalah melihat gedung apartemen 8 Tallet atau 8 House. Ini salah satu gedung rancangan Bjarke Ingels dengan biro arsitekturnya, BIG, yang dibahas dalam “Abstract”. Gedung ini juga disebut sebagai Big House dan berlokasi di Ørestad, pinggiran kota Copenhagen yang terletak di Pulau Amager, tidak jauh dari bandara. Kami ke sana naik Metro hingga stasiun Vestamager, lalu jalan kaki sekitar 550 meter.


Waktu itu sudah awal bulan Mei, tapi hembusan anginnya lebih mirip musim dingin daripada musim semi. 8 House terletak di ujung deretan gedung, yang jarak satu sama lain cukup renggang, dan berbatasan dengan danau, hingga semakin bebas angin bertiup dari segala arah.

8 House ini apartemen alias gedung hunian, jadi sifatnya private. Memang tidak ada pagar yang membatasinya dengan jalan umum, tapi termpampang nyata imbauan untuk tidak memotret di lokasi hunian. Duh, padahal saya udah niat banget untuk ke sana, kurang lengkap kalau pulang tidak membawa, minimal, fotonya. Maka yang kami lakukan adalah berjalan mengitari gedung, lalu berfoto di ujung dekat danau dengan si gedung di latar belakang.

8 House atau 8 Tallet dinobatkan sebagai Best Residential Building dalam World Architecture Festival 2011.

8 House punya penampakan yang berbeda-beda dari tiap sisi.


Jadi, apa sih istimewanya 8 House ini, sampai-sampai saya ngebet banget ke sana?

Pertama, saya suka dengan bentuknya yang unik. Tallet secara harfiah artinya angka atau nomor. Kalau dilihat dari atas, gedung ini berbentuk seperti angka 8 atau simbol infinite. Sesederhana itu penamaannya, walaupun fasadnya sendiri agak kelihatan rumit. Seperti angka 8, gedung ini memiliki semacam dua buah lingkaran atau loop. Loop yang menghadap ke danau memiliki dua bidang miring yang ditanami tumbuhan hijau, semacam ‘green roof’. Dan karena bidang miring ini, unit-unit di bagian dalam loop tersebut ikut mendapat cahaya matahari yang berlimpah.

Unit bisnis berada di lantai bawah agar dekat dengan jalan umum, dan unit hunian di lantai-lantai atasnya. Unit hunian terdiri dari apartemen satu lantai, townhouse dengan dua lantai dan taman kecil di balkon, dan penthouse di lantai paling atas dengan teras di atap. Dan terdapat lintasan sepeda yang bisa diakses dari lantai dasar sampai teratas, melalui teras dan koridor-koridor antar unit apartemen. Seru banget, ya! Walaupun belum bisa masuk dan menjelajahi bangunan ini lebih dalam lagi, saya senang banget banget banget karena sudah melihat 8 House secara langsung! Bisa dibilang ini adalah highlight dari kunjungan saya ke Copenhagen.

8 House saat masih dibangun, tampak atas. Foto dari Archdaily.


Karya BIG ada beberapa di Ørestad. Sebelum naik Metro kembali ke penginapan, kami berjalan kaki melewati stasiun Vestamager, menuju VM Bjerget dan VM Husene. Keduanya apartemen yang juga hanya bisa kami lihat dari luar.

Bjerget artinya pegunungan. Desain VM Bjerget terinspirasi oleh rumah-rumah di pegunungan yang tersusun seperti bertumpuk-tumpuk. Dari sisi jalan raya, fasad gedung ini terlihat dingin dengan lapisan aluminium yang menggambarkan Gunung Everest. Tapi dari sisi yang berlawanan, gedung ini punya kepribadian yang berbeda. Fasad kayu membuatnya terkesan hangat dan membumi. Uniknya lagi, teras dari tiap unit apartemen merupakan atap dari unit di bawahnya karena unit-unit apartemen di sini disusun berundak-undak. Sedangkan, fasad Gunung Everest tadi menutupi area parkir mobil yang juga berundak-undak. Ingels sengaja membuat desain seperti ini karena ia tidak mau membuat gedung parkir dan gedung apartemen yang standar kotak saja seperti balok. Dan dengan sistem parkir seperti ini, penghuni seolah-olah diantarkan langsung dari mobil ke apartemennya karena pintu masuk utama justru diakses dari parkiran.





Seperti ini sisi lain fasadnya yang menutupi parkiran. Foto dari DAC

Mengintip celah dari bagian parkiran.


VM Husene terletak persis di sebelah VM Bjerget. Husene dalam bahasa Denmark artinya rumah. Gedung ini bergaya lebih modern dengan banyaknya kaca dan baja. Setiap unit apartemen memiliki dua lantai. Satu karakteristik yang paling menarik perhatian adalah balkon-balkonnya yang berbentuk segitiga, dan posisinya berbeda-beda antar unit yang satu dengan yang lain. Kalau dilihat dari atas, mungkin gedung ini terlihat seperti landak. Walaupun ada kesan tajam dan dingin, balkon-balkon ini justru didesain agar tiap penghuni mendapat cahaya matahari yang cukup dan pemandangan yang tidak banyak terhalang. 




Hari semakin sore, cuaca semakin dingin, saya semakin kebelet untuk buang air kecil. Jadi kami putuskan untuk naik Metro dan kembali saja ke penginapan. Padahal sebenarnya Ørestad menyimpan beberapa arsitektur keren lainnya lagi, menurut info dari app DAC yang menjadi panduan wisata arsitektur saya selama di Copenhagen.

Sesungguhnya, tulisan ini awalnya diniatkan untuk membahas pengalaman saya di Copenhagen secara keseluruhan. Tapi seperti biasa, saya meracau terlalu panjang tentang suatu hal yang sangat berkesan. Jadi, biarlah cerita kali ini khusus tentang Ørestad saja. Akan saya lanjutkan cerita tentang tempat-tempat dan pengalaman menyenangkan lainnya selama saya di Copenhagen di lain waktu. Hej!

Area yang kami lewati sebelum sampai ke 8 House. Ini foto asli tapi kok mirip renderan 3D banget, ya!







AC Hotel Bella Sky. Menurut app DAC, ini adalah hotel terbesar di Skandinavia.
Saya hanya melihatnya dari dalam kereta Metro.

No comments:

Post a Comment