Mar 27, 2021

Trekking di Tahura Juanda, Bandung

 




Selama bertahun-tahun tinggal di Bandung waktu masih SMA dan kuliah, cuma pernah satu atau dua kali saya ke Taman Hutan Raya Juanda (Tahura).  Yang pertama, kalau nggak salah, waktu main ke salah satu curug (air terjun) di sana dengan teman-teman bimbel Seni Rupa. Yang kedua, waktu ngumpulin bahan untuk tugas kuliah bikin brosur THR Juanda. Padahal dulu saya cukup lama kost di Jl. Tubagus Ismail Depan, nggak jauhlah dari sana, kurang dari 4 km jaraknya.  Andai dulu saya sudah suka trekking, enak banget, bisa sering ke Tahura untuk menyusuri hutannya dan main ke curug-curugnya, atau sekadar duduk-duduk sambil gambar kek, main ludo kek, ngapain kek.

Nah, kemarin saya senang banget karena ada kesempatan ke Tahura untuk trekking santai. Ini pertama kalinya saya keluar dari Jabodetabek sejak pandemi. Awalnya, saya dan Diyan mau mengantarkan Mama berkunjung ke rumah Tante di Bandung. Tapi karena satu dan lain hal, rencana Mama itu batal. Karena saya dan Diyan sudah semangat banget mau pergi, kami putuskan untuk tetap ke Bandung berdua saja.

Kondisi dan Rute Trekking


Kami sampai di Tahura sekitar jam 9.30 WIB. Mulai trekking dari jam 9.40 sampai jam 12.00. Sebenarnya bisa aja lanjut lagi karena ada banyak rute di dalam Tahura. Tapi karena sudah ada rencana lain dan kami nggak berniat menginap di Bandung, maka kami hanya jalan melewati Gua Jepang, Gua Belanda, jembatan gantung, penangkaran rusa, dan terakhir mencari Curug Koleang namun nggak berhasil melihat curugnya karena ketutupan dedaunan rindang. Yang terakhir agak konyol memang, tapi ya sudahlah, lagi nggak niat-niat amat mau basah-basahan juga. 

Jalur jalannya ada yang sudah diaspal, ada yang gravel, ada yang masih tanah, dan ada tangga bebatuan. Kalau dibandingkan dengan trekking di Sentul yang lagi hits itu, Tahura memang nggak sealami Sentul. Dan buat telapak kaki saya yang rewel (salah satunya karena telapak kaki saya relatif datar), jalur di Tahura terasa agak terlalu keras permukaannya buat saya. Ya itu tadi, karena banyak aspal, gravel, dan bebatuan. Mungkin juga saya udah perlu mengganti in-sole sepatu hiking saya. Sedangkan soal kecuraman jalurnya, yang saya lalui sih masih aman banget, bahkan untuk orang yang belum berpengalaman trekking. Yaa mungkin ngos-ngosan dikit ajalah. Biasalaaaahhh!, kalo kata si anak viral TikTok. 

Gua Belanda dan Gua Jepang itu bisa kita masuki. Ada mamang-mamang yang mangkal di pintu masuk gua, menawarkan jasa pandu dan penyewaan senter. Kalau nggak salah, jasa pandu Rp30.000/pemandu, senter Rp5.000/buah. Kami nggak sewa senter karena Diyan selalu menyiapkan minimal satu buah senter tiap kami pergi trekking. Jasa pemandu juga kami nggak ambil karena sebenarnya kisah gua-gua ini bisa dengan mudah dicari di Google. 








Cara Berkunjung ke Tahura Juanda


Kalau kamu mau ke Tahura Juanda, jangan lupa daftar dulu via tahura.id. Pilih jam masuknya. Kalau kamu datang tidak pada jam yang sudah dipilih, kamu akan diminta petugas untuk mendaftar kembali secara online lewat ponsel kamu. 

Selain itu, sejak pandemi ada peraturan bahwa pengunjung harus punya kartu identitas Jawa Barat. Ini tujuannya untuk membatasi jumlah pengunjung. Sebenarnya KTP saya dan Diyan bukan Jawa Barat, tapi Diyan masih punya SIM Bekasi (JaBar), maka itu yang dia pakai untuk mendaftarkan kami masuk Tahura. Nah, saya nggak ngerti ya, kalau kamu daftar pake KTP non-Jabar apakah akan otomatis gagal atau tetap bisa masuk. Yang jelas, sebelum masuk kami nggak ditanyakan kartu identitas sama sekali. Petugas pintu masuk hanya menanyakan apakah kami sudah daftar online, kemudian Diyan menunjukkan bukti daftarnya di ponsel. 
Biaya masuk Tahura Rp15.000 per orang. Walaupun sudah daftar online, pembayaran dilakukan di loket dekat pintu masuk. Sebenarnya mereka menerima pembayaran secara elektronik (bisa pake OVO, Dana, dll, ada keterangannya di website). Tapi sebaiknya kamu tetap sedia uang tunai karena kadang pembayaran elektronik lagi bermasalah, seperti yang alami kemarin. 

O ya, kami ke sana kemarin di hari Jumat, akhr Maret, tanggal orang-orang sudah gajian. Tapi pengunjungnya lagi nggak banyak. Jadi, kami bisa lepas masker sering-sering, menghirup udara segar sambil trekking. 










Fasilitas Umum Tahura


Kalau nggak sempat menyiapkan bekal, jangan khawatir, karena ada beberapa warung dan kedai di sana. Salah satunya di dekat Gua Belanda, ada kedai sekaligus toko suvenir Holland Café. Di bagian lain juga ada warung-warung yang menjual gorengan, kelapa muda, dan sebagainya. Atau, bisa juga kamu makan/minum di kafe-kafe sekitar Tahura, udah banyak yang trendi pula.

Kalau ke Tahura naik mobil pribadi, parkir tersedia di seberang gerbang masuk.

Toilet umum di dalam Tahura ada kok. Kebersihannya, ya lumayanlah. Saya sempat menggunakan toilet yang di dekat jembatan dekat pintu masuk/keluar. Tapi bawa tisu sendiri karena di sana nggak disediakan.  









Walaupun kunjungan kami singkat sekali dan masih banyak rute trekking yang belum kami jabani di Tahura, saya pulang dengan hati senang. Selalu begitu kalau selesai trekking dan berekreasi di alam hijau terbuka. Rasanya segar dan sehat karena habis olahraga. Lumayan banget jumlah langkah saya di situ, sekitar 13.000 langkah! Kapan-kapan kalau ada kesempatan ke Bandung lagi, mungkin saya mau trekking lagi ke Tahura dan mencari curug lainnya di sana, atau mungkin jalan sampai Maribaya dan Tebing Keraton!



No comments:

Post a Comment