Aug 15, 2021

Walking Tour bertema Street Art di Berlin


Street art? Graffiti? Vandalism? Mural? Apa sih bedanya? Bukannya semua itu sama aja? 

Ternyata tidak, Markonah. Ada perbedaannya walaupun memang sekilas kayaknya sama aja semua. Saya baru tahu definisi-definisinya 2 tahun lalu, waktu ikut walking tour bertema Street Art di Berlin, Jerman. 

Berlin memang terkenal dengan seni jalanannya, dan itulah salah satu alasan kenapa saya ingin ke sana. Maka, sejak dari Jakarta saya dan Diyan sudah booking walking tour dengan Alternative Berlin Tours

Pemandu kami adalah seorang mantan bomber dari Brooklyn bernama Curtis, yang sudah beberapa tahun menikah dengan orang Jerman dan tinggal di Berlin. Selama beberapa jam di hari yang sejuk itu kami diajak menyusuri beberapa jalan yang banyak grafiti dan street art bentuk lainnya. 

Jadi, apa aja perbedaan street art, grafiti, mural, dan sebagainya?

STREET ART: bentuk kesenian visual yang ditampilkan di ruang publik, seperti di jalanan, di taman, di pantat truk, di tembok gedung, dan lain-lain. Wujudnya bisa berupa grafiti, mural, proyeksi video, hingga rock balancing

Lewat di depan masterpiece.


GRAFFITI: berupa tulisan atau gambar yang dibuat di dinding di area publik dan biasanya dibuat dengan cat semprot (kita biasa sebut piloks, asal kata dari Pylox, yaitu merek salah satu cat semprot). Menurut Curtis, ada 3 macam tingkatan grafiti:

- Tag: nama 'panggung' si seniman. Misalnya kalau nama senimannya Markonah, dia bisa pake tag "MARX". Tag ditulis dengan huruf yang digaya-gayain tapi masih tergolong sederhana dan singkat. Mesti singkat supaya bisa cepat dicoretkannya, soalnya kan biasanya ilegal. Kalo kelamaan ntar keburu diciduk satpam atau dilaporin warga. 

- Bomb: nama si seniman yang ditulis gede-gede dan makin digaya-gayain. Pengerjaannya butuh waktu lebih lama, jadi si MARX tadi mesti yakin situasi lebih 'aman', misalnya dilakukan di tengah malam atau di area yang emang sepi banget. 

- Masterpiece: biasanya udah mirip gambar dan ukurannya gede banget, tapi sebenernya pada dasarnya tulisan juga, cuma bukan hanya berupa nama si seniman. Ini bisa dikerjakan lama banget, bahkan bisa nyicil beberapa hari. Kalau mau aman sih, bisa aja ngerjainnya di dinding yang emang dikasih izin oleh pemilik gedungnya. 

O ya, kalau bomber itu artinya seniman grafiti yang keahliannya pakai cat semprot dan suka bikin grafiti di tempat-tempat dengan kesulitan tinggi alias rentan disemprit polisi.

Kalau nggak salah, yang tulisan gede di bawah itu bomb, di jendela itu banyak tag.


Bisa masterpiece, bisa mural.


Bentuk lain lagi dari street art misalnya Cut And Paste atau yang disebut Paste-Up oleh Curtis. 

PASTE-UP atau CUT AND PASTE: gambar yang dikerjakan di atas kertas, lalu ditempel ke dinding atau tempat publik. Beda dengan grafiti karena Paste-Up sudah dikerjakan sebelumnya di tempat yang aman. Nempel doang kan nggak makan waktu lama walau bisa juga apes pas lagi meperin lem eh ada polisi nongol dari balik semak-semak. Anyway, Paste-Up juga suka digunakan untuk mempromosikan acara independen seperti jadwal manggung band atau lainnya. 

Cut And Paste


MURAL:
gambar atau lukisan di dinding atau bidang luas lainnya, yang dimaksudkan permanen. Mural nggak mesti di ruang publik dan lebih beragam media lukisnya, bisa cat semprot, cat tembok, kapur, atau apa aja terserah. 

Der Kegel, yang artinya?


Apakah semuanya ini vandal? 

Nggak mesti sih. Kalau memang di tempat umum, nggak dapat izin dari pihak berwajib, atau nggak dapat izin dari pemilik temboknya, ya sebenarnya vandal. Tapi, dinamakan street ART karena memang menjadi cara untuk mengekspresikan diri, menyampaikan pesan, protes, yang biasanya mengenai topik sosial atau politik, dan ada unsur estetikanya juga.

Tahu Banksy? Seniman grafiti dari Inggris yang dipercaya bernama asli Robin Gunningham, tapi entahlah memang itu namanya atau bukan. Dia nggak pernah mau memunculkan identitasnya ke publik, bahkan ada yang bilang Banksy itu sebenarnya satu tim, bukan hanya satu orang. Banksy dikenal dengan karya-karyanya yang bermuatan protes sosial politik. Dia sering menggunakan teknik stensil, yaitu dia bikin dulu mal atau cetakan gambarnya, lalu di tembok baru deh dia semprot cat ke cetakan yang udah dibolongin tadi. Dengan cara ini, gambar yang sama bisa direproduksi di tempat-tempat lainnya. 

Oke, kembali lagi ke cerita walking tour. 

Setelah sesi jalan-jalan selesai, Curtis memberikan kami workshop cara menggunakan cat semprot dengan pilihan desain-desain yang sudah disediakan, seperti tekniknya si Banksy tadi.

Saya memilih gambar “My God, Help Me to Survive This Deadly Love”, yang merupakan grafiti ikonik pada reruntuhan Tembok Berlin. Ciuman di gambar ini sebenarnya tidak romantis, melainkan ekspresi persaudaraan (Bruderkuss), yang diangkat dari kejadian nyata antara dua orang politikus Uni Soviet dan Jerman Timur pada tahun 1979. Tapi sekarang gambar ini juga dijadikan simbol inklusivitas terhadap LGBTQ di Berlin. 

Hasil workshop saya, pakai teknik stensil dengan gambar dari tembok Berlin.


Setelah selesai workshop, selesai pula rangkaian walking tour. Saya dan Diyan langsung menuju gambar asli Bruderkuss tadi di salah satu sisa tembok Berlin. Saking ngetopnya, turis sampai antre untuk berfoto di depan gambar itu, termasuk saya! 

Nah, dari sini kelihatan ya bahwa seni jalanan pun punya potensi pariwisata, yang ujung-ujungnya ada keuntungan komersil juga. Selain itu, seharusnya bisa jadi cara untuk pemerintah mendengarkan aspirasi rakyatnya (wow, sungguh utopis, kalau mengingat kenyataan yang ada). Jadi, sayang sekali kalau semua grafiti, semua seni jalanan dianggap vandal semata, apalagi kalau karyanya langsung dihapus atau ditimpa cat lain begitu saja. 


Asyik banget ada area sebesar ini untuk corat-coret!

Diyan lagi membolongi gambar pilihannya.


Lama banget kalau mau tunggu nggak ada yang photobomb, ya udahlah foto aja.

Antrean di depan bapak-bapak ciuman.

Cut and Paste.


"Berlinerz"

Curtis si bomber Brooklyn

Kebaca "Girls" nggak?

Punya keinginan terpendam untuk menjadi bomber tapi nyali nggak cukup.


2 comments:

  1. Pas banget timingnya Vir, setelah beberapa hari yang lalu rame di berita beberapa street art yang ditimpa cat lagi karena dianggap 'menghina'. By the way, jadi inget dulu pas awal 90an sempet ngetrend t-shirt putih yang di bagian belakangnya ada macem-macem gambar graffiti. Tapi lupa mereknya apa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah iyaaa gue juga inget kaosnya! Griffon bukan ya? hahaaha..

      btw, sesungguhnya memang gue keinget untuk nulis tentang walking tour ini karena topik grafiti yg lagi hangat itu, Bam. sangat disayangkan ya, pihak yang 'berwajib' kayak merasa terancam sama aspirasi rakyat. mau curhat aja nggak boleh.

      Delete